Jumat, 11 Agustus 2017

DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneus) Menurut Susanto (2008), Klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio Linneus) adalah : Filum : Cordate Sub Filum : Vertebrata Super Klas : Pisces Kelas : Osteichtyes Sub kelas : Actinopterygii Ordo : Cypriniformes Sub Ordo : Cyprinoidei Family : Cyprinidae Sub Famili : Cyprinus specis : Cyprinus carpio Linneaus 2.2. Morfologi Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneus) Bentuk tubuh ikan mas (Cyprinus carpio L) agak memanjang dan memipih tegak (Compressed). Mulutnya terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protoktil) Bagian ujung mulut memiliki dua sangut, di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (Pharyngealteeth) yang tersusun dari tiga gigi geraham. Secara umum hampir seluruh Tubuh ikan mas (Cyprinus carpio L) ditutupi oleh sisik beberapa varietas yang memiliki Sedikit sisik . Menurut Cahyono (2000), ikan mas (Cyprinus carpio L) sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berduri keras sementara itu, sirip ke tiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip punggung, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung yakni berduri keras dan bergerigi. Garis rusuk (gurat sisi atau linnea) pada ikan mas (Cyprinus carpio L) tergolong lengkap, berada di pertengahan tubuh dengan tubuh posisi melintang dari Cutup Insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor . (Cahyono, 2000). Untuk lebih jelas morfologi ikan mas (Cyprinus carpio L) dapat di lihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Morfologi Ikan Mas (Arie,2008) 2.3. Reproduksi ikan mas (Cypprinus carpio L) HGGH tahun dan tidak tergantung pads musim. Secara almi pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Telur Ikan Mas (Cyprillus carpio L) berbentuk bulat, bening dan berukurang bervariasi menurut umur dan bobot induk.diameter telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L) tersebut antara 1,5-1,8 mm dengan bobot antara 0,17-0,20 mg (Khairuman dan Amri, 2003). Embrio akan tumbuh telur yang di buahi oleh spermatozoa, antara 2-3 hari kemudian telur-telur tersebut akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva adalah anak ikan yang berukuran sangat kecil dan balum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induk). Pada saat tersebut, larva belum memiliki organ tubuh yang lengkap, bahkan organ yang sudah masih bersifat sederhana sehingga belum berfungsi maksimal. Larva adalah anak ikan yang memiliki morfologi, antomi danr fisiologi yang masih deserhana dan berkembang lebih lanjut dan menuju kesempurnaan. Untuk keperluan lebih lanjut larva ikan mas membawa candagan makanan (energi) dalam bentuk kuning telur dan butiran minyak akan menyusut dan larva memanfaatkan candangan tersebut (endogenus feeding) untuk menghasilkan energy. Oleh karena itu kuning telur dan butiran minyak habis, sejalan degan perkembangan organ tubuh larva. Sebelum kuning telur dan butiran minyak habis, larva diharapkan sudah bisa memangsa dan menkonsumsi serta mencerna pakan dari luar (exogenous feeding). Dengan demikian terjadi everlap antara endogenus feeding dengan exogenous feeding . Apabilah terjadi gap antara endogenus feeding dengan exogenous feeding, kemungkinan besar larva ikan mas akan coati . Stadia larva merupakan fase yang paling kritis dalam siklus hidup ikan mas (Sucipto, 2005). Larva ikan mas (Cyprinus carpio L) mendapatkan makanan dari makanan cadangan yang berasal dari kantung kuning telur (yolk) dan akan habis selama 2-4 hari. Makanan ini merupakan sumber energy sebelum organ pencernaan larva berkembang dan mampu menelan makanan yang di peroleh dari media atau di sekitar habitatnya (Cahyono, 2000) 2.4. Habitat dan Penyebaran Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan jenis ikan konsumen air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas (Cyprinus carpio L) yang terdapat diIndonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan, Dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 9 ikan mas (Cyprinus carpio L) yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologinya. Ikan mas hidup dilingkungan air tawar diantara rendah sampai tinggi. Suhu optimum 23 - 30 0 c, sedangkan pH air 6 - 8. Ikan ini juga memerlukan tingkat kadar oksigen yang tinggi untuk hidupnya, yaitu antara 4 – 5 ppm (Sucipto, 2005). 2.5. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Mas (Cyprinus carpio L) Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan dalam keberhasilan usaha budidaya. Pemberian pakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan biota budidaya akan menimbulkan masalah. Sisa – sisa pakan yang tidak habis dimakan akan menjadi limbah dan menurunkan kualitas air, (Kordi, 2007). Ikan mas (Cyprinus carpio L) tergolong jenis ikan pemakann segala (Omnivora). Pada saat ikan mas (Cyprinus carpio L) masih yang berukuran 10 cm memakan jasad dasar seperti Chironomidae, Oligochaete, Epenmenidae, Trichoptera, Tubificidae, Mulusca dan yang lainnya. Jasad – jasad tersebut dimakan bersama-sama dengan tanaman air yang membusuk. 2.6. Pengelolaan Kualitas Air Sumber air berasal dari mana saja seperti sungai, sumur atau air hujan yang terpenting air tersedia sepanjang tahun dan bebas dari pencemaran. Debit air yang ideal kurang lebih 5 L/detik dan juga pengawasan air kolam dilakukan setiap waktu (Kordi, 2007). Ikan mas dapat berkembang dengan baik, dengan lingkungan perairan dan alkalinitas rendah mengalami penurunan. Namun demikian ikan mas masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10. Batas pH yang mematikan yaitu 11 atau lebih oleh karena itu nilai pH sebaiknya berada pada kisaran netral atau pada kisran 6,5-8,4. Secara umum, ikan mas dapat hidup dalam air dengna kandungan oksigen 0,3-0,5 mg/lt. Namun demikian untuk meningkatkan produktifitas ikan, kandungan oksigen dalam air sebaiknya dijaga pada level 5 mg/It. Pada level dibawah I mg/lt dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan ikan. Suhu optimal untuk pertumbuhan ikan mas sekitar 28°-32° C. Namun demikian tidak menutup kemungkinan ikan mas dapat beradaptasi pada suhu 14°-38° C bila oksigen terlarutnya sesuai dengan kebutuhan ikan (Kordi, 2007). 2.7. Pemberian Pakan Menurut Khairuman dan Amri (2003), selain makanan alami yang tersedia dalam kolam, diperlukan makanan tambahan berupak pakan (pellet). Pemberian pakan 3% dari berat biomasa ikan perhari, kandungan protein minimal 26-28% dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 ) kali sehari, yaitu pagi dan sore. Kolam intensif harus diberikan pakan tambahan yang berkualitas. Pakan harus mengandung protein 25-27 %, lemak 8-13% dan karbohidrat 49¬50% dari berat seluruh ikan. Pakan diberikan secara manual yaitu kedalam kolam (Kordi, 2007). 2.8. Pertumbuhan Beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan mas yang kualitas air yang kurang baik mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi lambat. Beberapa hal yang dapat menurunkan kualitas lingkungan adalah pencemaran limbah organic, bahan buangan zat kimia dari pabrik, Berta pestisida dari penyemprotan disawah dan kebun-kebun. Selanjutnya dikemukakan. Kordi (2007) ada beberapa faktor yang terpenting dalam kualitas air yang hares diperhatikan adalah sebagai berukut. Kisaran derajat keasaman yang cocok untuk budidaya ikan mas adalah 7-8, namun ikan mas masih dapat hidup pads pH antara 5-11. Sedangkan ikan mas menghendaki suhu air berkisar antara 15°C-30°C. Oksigen sangat diperlukan untuk penapasan dan metabolisms ikan dan jasad-jasad renik dalam air, kandungan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ikan dan biota lainnya dapat menyebabkan days hidup ikan, kandungna oksigen yang dibutuhkan ikan mas lebih dari 5 ppm. Ikan mas mampu tumbuh cepat dengan pakan yang mengandung protein sebanyak 20-25%. Hal ini disebabkan oleh kecenderungan ikan mas untuk melakukan pemijahan. Bila telah mencapai ukuran dewasanya dengan berat (150 kg), sehingga energi untuk pertumbuhan menjadi berkurang, lagi pula ikan mas jantan lebih cepat tumbuh dibanding ikan mas betina. Bila ikan mas dipelihara dalam kepadatan populasi yang tinggi maka perkembangannya kurang pesat. Persaingan untuk mendapatkan makanan dan oksigen akan sering terjadi, populasi yang padat jugs cenderung merusakan kualitas air karena kotoran (feaces) ikan itu (Kordi, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar